Rabu, 23 Oktober 2013

Lega

Dear Online Diary...

Malam ini cuma mau curhat tentang keadaaan gw beberapa waktu belakangan aja. Mencoba untuk bernapas lega dengan tuntutan keadaan yang menikam batin. (Aceile bahasanya Bung!)

Kenapa gw bilang lega? Karena akhirnya satu persatu permasalahan yang gw hadapi beberapa hari ini mulai gugur satu persatu. Gw pun berterimakasih banyak kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat luar biasa ini agar permasalahan yang rasanya tak berujung ini berhasil punah seiring berjalannya waktu dan disertai penyelesaian yang cukup menggoyahkan nurani.

Masalah yang cukup menyita waktu dan perhatian gw itu sebenernya adalah masalah klasik yang dihadapi oleh semua pasangan yang terikat dalam hubungan yang namanya pacaran. Entah kenapa gw bisa berlarut dan tergiring dalam kondisi seperti ini. Entah apa yang membuat gw seperti nyaman dan berada dalam sebuah lingkaran yang tak berujung dimana tak ada celah untuk lepas dari garis khayal yang mengitari hidup ini. Dan entah kenapa juga bahasa yang tertulis dalam catatan gw ini seolah menjadi sebuah refleksi dari pendewasaan diri yang sejatinya belum pernah gw rasakan selama ini. Entah ini karena sebuah efek dari jalinan hubungan gw dengan seorang perempuan filsafat. Entahlah dan entahlah...

Bercerita tentang masalah kehidupan pasti memiliki seluk beluk yang sangat membingungkan. Dan itu akan semakin kompleks dengan peningkatan level pendewasaan diri. Mungkin karena orang orang dewasa lebih banyak berpikir berkali kali dalam memecahkan suatu permasalahan. Tapi itulah bedanya dengan anak-anak yang tidak butuh masa depan, mereka cukup tahu saat ini dan bagaimana melepaskan beban secepat mungkin. Kurva hubungan cinta pasti fluktuatif dan tidak mungkin linier. Makin banyak tikungan berarti semakin kuat ujian yang dihadapi oleh pasangan. Oleh karena itu gw sebagai manusia yang sangat tidak sempurna mungkin seringkali ambruk saat menghadapi permasalahan yang baru pertama kali terhadapi.

To the point, jadi beberapa waktu yang lalu Ms. ANH meminta waktu untuk bertemu sekalian makan malam. Tapi kenapa firasat gw jadi sangat buruk tidak seperti biasanya. Gw memperkirakan akan terjadi suatu bencana besar yang akan membuat dunia kiamat sesaat. Disatu sisi gw mungkin tidak bisa menerima keadaan itu namun disisi lain gw lega karena terbebas dari ikatan hubungan yang kadang dirasa tidak perlu dan hanya menambah beban hidup. Lah,, setelah makan dna bercerita bad feeling gw mulai on. Si Mbak bercerita tentang kedekatannya dengan teman lelaki lain. Memang dari awal berkomitmen gw sudah tau kalau dia memang memiliki banyak teman pria. Namun semua diluar ekspektasi, gw tidak menyangka jika kedekatan mereka membuat kepercayaan yang selama ini gw tanamkan ambur adul bak dicakar ayam. Ceritapun berlanjut dengan hubungan dan kedekatan lainnya. Hal itu semakin membuat raut wajah gw jadi sangat tidak enak diliat, karena gw enggan mengeluarkan statement yang akan menyakiti  hati Mbak A. Makan malam pun berakhir dengan ending yang cukup tidak mengenakan.

Dalam beberapa hari berikutnya komunikasi yang terjalin mulai renggang dan hanya dijembatani oleh Whatsapp Messenger (Promo). Tepatnya tadi malam pembicaraan berlanjut ke arah yang lebih serius dan membuat suasana semakin mencekam. Hal yang tidak pernah terjadi selama ini diantara kami. Akhir kata ternyata kesimpulan dari pembicaraan kami beberapa waktu belakangan adalah keinginannya untuk jujur kepada gw agar tidak terjadi kesalahpahaman disuatu saat ini apabila terlihat hal yang menjanggal antara Mbak A dengan teman-teman prianya. Hal itu yang sangat gw sukai dari sosok Mbak A yang berusaha jujur. Gw pun akhirnya mendapat sebuah kabar baik dan menyegarkan keadaan untuk kedua belah pihak. Ketakutan akan terjadi suatu hal yang buruk itu pun punah sesaat. Kami pun sama sama bisa kembali move on dan semangat menjalani hari hari berikutnya. Lega...